Kehancuran Harta kekayaan Tanah Air dan Moralitas bangsa
di tanah Air sekarang ini, adalah bukti dari akibat adanya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
17 Agustus 1945, sebagaimana Teks Proklamasi Terlampir, yang diperkuat indikasi
tindakannya terhadap para istrinya dalam kisah
cinta Soekarno kepada ke 9
Isteri Sukarno yang diakui Negara yang menunjukkan bahwa Soekarno adalah Penipu, Licik & Munafik
Penasaran
?
Tonton
“9 Reason”. ISTRI PERTAMA SOEKARNO.
Oetari Tjokroaminoto adalah istri pertama
Soekarno sekaligus putri sulung Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin
Sarekat Islam yang juga sebagai guru Soekarno. Oetari adalah cinta pertama sang
Putra Fajar. Soekarno menikahi Oetari usianya belum genap 20 tahun. Siti Oetari
sendiri waktu itu berumur 16 tahun.
Soekarno
menikahi Oetari pada tahun 1921 di Surabaya, waktu itu Soekarno menumpang di
rumah HOS Tjokroaminoto, Jl Peneleh II/27 Surabaya, ketika sedang menempuh
pendidikan di sekolah lanjutan atas. Soekarno menikahi Oetari untuk meringankan
beban keluarga Tjokro. Kala itu istri Tjokro baru saja meninggal.
Soekarno
tidak mencintai Oetari sebagaimana seorang suami mencintai istrinya secara
utuh, begitu pula Oetari. Dunia pergerakan Soekarno dan dunia kanak-kanak
Oetari terlalu berseberangan saat itu. Hubungan mereka pun tidak lebih seperti
kakak-adik. Beberapa saat sesudah menikah, Bung Karno meninggalkan Surabaya,
pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di THS
(sekarang ITB).
Pernikahan
Soekarno dan Oetari tidak bertahan lama. Soekarno kemudian menceraikan Oetari
secara baik-baik tak lama setelah kuliah di Bandung. Soekarno kepada Utari
Tjokroaminoto : (1921 -1923) “Lak, tahukah engkau bakal istriku kelak.? …
orangnya tidak jauh dari sini, kau ingin tau? boleh..Orangnya dekat sini kau
tak usah beranjak, karena orangnya ada di sebelahku”
ISTRI
KEDUA SOEKARNO. Inggit Garnasih (lahir di Desa Kamasan, Kecamatan Banjaran,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Februari 1888 – meninggal di Bandung, Jawa
Barat, 13 April 1984 pada umur 96 tahun adalah istri kedua Soekarno. Kala itu
Soekarno kos di Bandung tahun 1921. Sejak awal pertemuan di rumah Inggit
Garnasih, dia sudah mengagumi sosok Inggit yang matang dan cantik.
Perbedaan
usia diantara mereka dan status Inggid yg masih isteri dari H Sanusi tidak
menyurutkan langkah Sukarno untuk mendekati Inggid. Hubungan terlarang diantara
merekapun akhirnya diketahui oleh H Sanusi yg akhirnya secara resmi menceraikan
Inggid isterinya untuk dipersunting Sukarno.
Mereka
menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem,
Bandung. Pernikahan mereka dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin No. 1138
tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen, dan berbahasa Sunda. Soekarno
berusia 22 tahun dan Inggit berusia 33 tahun kala itu. Pernikahan Inggit dengan
Haji Sanusi pun tidak bahagia. Pada sosok Inggit Soekarno menemukan pelabuhan
cintanya. Inggit begitu telaten melayani dan mendengarkan Soekarno.
Inggit
mendampingi Soekarno dalam suka dan duka selama hampir 20 tahun. Pernikahan
Soekarno dan Inggit tidak dikaruniai anak. Sayang, setelah 20 tahun berumah
tangga, bahkan dengan setia nunut Bung Karno hingga ke Ende dan Bengkulu,
Inggit harus rela berpisah.
Karena
si Bung terpikat pada Fatmawati, yang pernah ikut mondok dalam rumah tangga
mereka saat di Bengkulu. Fatmawati juga disebut sebagai anak angkatnya Inggit
Garnasih. Tahun 1943, Soekarno menceraikan Inggit yang tak mau dimadu.
Sekalipun bercerai , Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno,
termasuk melayat saat Soekarno meninggal.
Kisah
cinta Inggit-Soekarno ditulis menjadi sebuah roman yang disusun Ramadhan KH
yang dicetak ulang beberapa kali sampai sekarang.
Ucapan
Soekarno kepada Inggit Garnasih : (1923 – 1943) “Aku kembali ke Bandung.., dan
kepada tjintaku yang sesungguhnya.”
ISTRI
KETIGA SOEKARNO. Fatmawati
yang bernama asli Fatimah lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923. Dalam pembuangan
di Bengkulu, Soekarno bertemu Fatmawati. Gadis muda ini adalah putri tokoh
Muhammadiyah di Bengkulu. Usia Soekarno dan Fatmawati terpaut 22 tahun lebih
muda. Hubungan dengan Fatmawati membuat pernikahan Soekarno dengan Inggit
Garnasih berakhir.
Inggit
menolak dipoligami dan memilih pulang ke Bandung. Tanggal 1 Juni 1943, Soekarno
dan Fatmawati menikah. Soekarno berusia 42 tahun dan Fatma 20 tahun. Setelah
Indonesia merdeka, Fatma menjadi ibu negara yang pertama. Dia juga yang
menjahit bendera pusaka merah putih. Tapi kebahagiaannya sebagai pendamping
Bung Karno harus terkoyak pada tahun ke-12. Sebab, belum genap dua hari ia
melahirkan Guruh, Sukarno mendekat sambil berkata lirih, “Fat, aku minta
izinmu, aku akan kawin dengan Hartini.” Walau berat dirasa, Fatma mengikhlaskan
Sukarno menikahi Hartini. Tahun 1956 status Ibu Negara yg disandang Fatma
beralih kepada Hartini.
Pada
tahun 80-an lalu, kehendak Fatmawati menemui Inggit di Jalan Ciateul Nomor 8,
Bandung, seperti tertulis dalam buku “Fatmawati Sukarno: The First Lady” karya
Arifin Suryo Nugroho, terwujud berkat bujuk rayu mantan Gubernur DKI Jakarta
Ali Sadikin. Ali menemui Inggit pada 7 Februari 1980 untuk menjajaki
kemungkinan menerima kehadiran Fatmawati, yang telah 38 tahun tak lagi
berkomunikasi. Di hadapan Inggit yang telah sepuh itu, Fatmawati Sukarno
bersimpuh. “Indung mah lautan hampura (seorang ibu adalah lautan maaf),” kata
Fatmawati. Inggit yang telah sepuh itu membalas sambil memeluk dan mengelus
kepala Fatmawati. “Hanya, ke depan, jangan mencubit orang lain kalau tak ingin
dicubit, karena dicubit itu rasanya sakit,” jelas Inggit, istri yang cuma bisa
memberi tanpa mau meminta kepada suaminya.
Sambil
berurai air mata, Fatmawati bersujud menciumi kedua kaki Inggit. Dengan
terbata-bata, Fatmawati meminta maaf karena telah menjalin tali kasih dan
menikah dengan Sukarno. Bagi Fatmawati, kehendaknya menemui mantan ibu
angkatnya Inggit, seolah menjadi penyuci diri. Pada 14 Mei 1980 Fatmawati
meninggal dunia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh
dari Mekah, lalu dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta.
Dari
Fatmawati, Soekarno mendapatkan lima orang anak. Guntur Soekarnoputra, Megawati
Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh
Soekarnoputra.
Ucapan
Soekarno kepada Fatmawati : (1943 – 1956) “Engkau menjadi terang dimataku. Kau
yang akan memungkinkan aku melanjutkan perdjuanganku yang maha dahsyat.”
ISTRI
KEEMPAT SOEKARNO.
Hartini
adalah wanita setia yang sempat mengisi hidup Soekarno. Hartini lahir di
Ponorogo, Jawa Timur, 20 September 1924. Ayahnya Osan adalah pegawai Departemen
Kehutanan yang rutin berpindah kota. Hartini menamatkan SD di Malang dan beliau
diangkat anak oleh keluarga Oesman di Bandung. Hartini melanjutkan pendidikan
di Nijheidschool (Sekolah Kepandaian Putri) Bandung. Hartini menamatkan SMP dan
SMU di Bandung.
Hartini
remaja dikenal cantik, dan Hartini muda menikahi Dr.Suwondo dan menetap di
Salatiga yg menghadirkan 5 putra & putri. Status Hartini yg masih menjadi
isteri Dr Suwondo tidak menyurutkan niat Sukarno untuk memikatnya. Hubungan
surat menyurat diantara mereka terjadi tanpa sepengetahuan Dr Suwondo maupun
Fatmawati. Sukarno menggunakan nama samaran Srihana. Beberapa sumber mengatakan
Dr. Suwondo ditekan pihak tertentu untuk menceraikan Hartini, bahkan Dr Suwondo
harus mendekam dipenjara untuk itu.
Akhirnya
Dr Suwondo resmi menceraikan Hartini dengan membawa ke 5 anak-anaknya tanpa ibu
yg mendampingi mereka. Hartini resmi dipinang oleh sang proklamator pada 1953,
Hartini berumur 29 tahun dan berstatus janda lima anak. Dua hari setelah Guruh
Soekarno Putra lahir, tanggal 15 Januari 1953, Soekarno meminta izin Fatmawati
untuk menikahi Hartini. Kepada Tempo edisi 22 September 1999 lalu, Hartini
menepis tudingan publik bahwa dirinya telah merebut Bung Karno dari Fatmawati.
Untuk
bersedia menerima pinangan Bung Karno yang bertubi-tubi, dia harus membayarnya
dengan amat mahal. Sebab, hampir semua media dan aktivis perempuan kala itu
menyudutkan dirinya, dan lebih membela Fatmawati. “Benar, sudah ada Ibu
Fatmawati, sang first lady, ketika saya menikah dengan Bung Karno. Tapi,
setelah saya, juga ada Dewi,” ujar Hartini.
Dan,
kalau dirinya dikatakan merebut Bung Karno dari Ibu Fat, ia melanjutkan,
bukankah Ibu Fat juga merebut Bung Karno dari Ibu Inggit, dan Ibu Inggit
merebutnya dari Ibu Tari (Oetari)? Lalu, setelah Dewi, bukankah masih ada lagi
Haryatie, Yurike, dan belum pacar-pacar yang lain? Jadi semuanya sama. Yang
membedakan, hanya ada satu first lady. “Saya tidak merebut Bung Karno. Saya
menjalani takdir yang digariskan hidup,” Hartini menegaskan. Dari Soekarno,
Hartini melahirkan dua anak, yakni Taufan Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra.
Hartini
tetap menjadi istri saat masa kekuasaannya Soekarno sudah memasuki usia senja.
Hartini juga tetap mempertahankan status pernikahan hingga ajal menjemput
Soekarno. Di pangkuan Hartinilah, Putra Sang Fajar menghembuskan napas
terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970. Hartini meninggal di
Jakarta, 12 Maret 2002 pada umur 77 tahun.
Ucapan
Soekarno kepada Hartini : (1952 – 1970) “Tien, I can’t work without you. Meski
kamu istri kedua (setelah Fatmawati-red), kamu tetap istri saya yang sah.
Biarpun kamu tidak tinggal di Istana Negara, kamu tetap mejadi ratu. Kamu akan
menjadi ratu yang tidak bermahkota di Istana Bogor.” (saat meminta Hartini
menjadi istrinya)
ISTRI
KELIMA SOEKARNO.
Sosok
wanita ini merupakan salah satu istri yang paling dicintai oleh Soekarno.
Kartini Manoppo menjadi istri Bung Karno yang kelima. Keduanya menikah pada
tahun 1959. Awal mula Bung Karno jatuh hati pada wanita yang pernah jadi
pramugari Garuda Indonesia itu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah.
Sejak
saat itu, Kartini tak pernah absen tiap kali Bung Karno pergi ke luar negeri.
Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi. Dia terlahir dari
keluarga terhormat, sehingga Kartini menutup rapat-rapat pernikahannya dengan
Bung Karno. Sejarah mencatat, Kartini merupakan istri kedelapan Sang Putera
Fajar. Menikah dengan Kartini Manoppo, Bung Karno dikarunia anak Totok Suryawan
Sukarno pada 1967.
Ucapan
Soekarno kepada Kartini Manoppo : (1959 – 1968) “Aku mencintai kamu, aku ingin
kau membalas cintaku….sekarang juga saya minta kepastian darimu ya atau tidak”
ISTRI
KEENAM SOEKARNO.
Ratna
Sari Dewi adalah wanita keenam yang dinikahi Soekarno. Lahir dengan nama Naoko
Nemoto di Tokyo, 6 Februari 1940, Dewi dinikahi sang proklamator saat usia 19
tahun. Kisah pertemuan Soekarno dan Dewi cukup menarik.
Gadis
Jepang itu berkenalan dengan Soekarno lewat seseorang ketika Bung Karno berada
di Hotel Imperial, Tokyo. Sebelum menjadi istri Soekarno, Dewi adalah seorang
penari sekaligus entertainer. Ada rumor yang mengatakan Dewi adalah seorang
Geisha yg disuguhkan pada Sukarno untuk memuluskan investasi Jepang di
Indonesia. Namun rumor itu berkali-kali dibantahnya.
Menjelang
redupnya kekuasaan Soekarno, Dewi meninggalkan Indonesia. Setelah lebih sepuluh
tahun bermukim di Paris bahkan sempat tercatat sbg wanita terkaya ke 19 di
Prancis, sejak 1983 Dewi kembali menetap di Jakarta. Dalam ‘A Life in the Day
of Madame Dewi’ diceritakan, setelah bercerai dengan Soekarno, ia kemudian
pindah ke berbagai negara di Eropa termasuk Swiss, Perancis, dan Amerika Serikat.
Pada 2008, ia menetap di Shibuya, Tokyo, Jepang. Pada bulan Januari 1992, Dewi
menjadi terlibat di dalam banyak perkelahian dipublikasikan di sebuah pesta di
Aspen, Colorado, Amerika Serikat dengan sesama tokoh masyarakat internasional
dan ahli waris Minnie OsmeƱa, putri mantan presiden Filipina. Dewi juga pernah
membuat kontroversi pada 1998, ia berpose untuk sebuah buku foto berjudul
Madame Syuga.
Di
dalam buku Madame Syuga yang diterbitkan di negara asalnya tersebut, pada
isinya menampilkan sebagian foto-foto dirinya yang sedang berpose artistik
setengah bugil, dan memperlihatkan tato-tato pada tubuhnya. Suharto melarang
buku Madame de Syuga beredar di Indonesia. Bukunya untuk sementara tidak
didistribusikan di Indonesia dan segera dilarang karena bisa jadi akan membuat
banyak orang Indonesia merasa tersinggung dengan apa yang dianggap mencemarkan
nama baik Sukarno dan warisannya. Dari Soekarno yang ketika itu berumur 62
tahun, Dewi mempunyai satu anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno.
Ucapan
Soekarno kepada Ratna Sari Dewi : (1962 -1970) “Kalau aku mati, kuburlah aku di
bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai istri yang aku cintai dengan segenap
jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal kuburlah ia dalam kuburku.
Aku menghendaki ia selalu bersama aku.”
ISTRI
KETUJUH SOEKARNO.
Sebelum
dinikahi Soekarno pada 1963, Haryati adalah mantan penari istana sekaligus Staf
Sekretaris Negara Bidang Kesenian. Karena pekerjaannya itulah, Haryati dekat
dengan sang proklamator.
Melihat
kemolekan Haryati, Soekarno bak Arjuna yang tak henti mengirim rayuan kepada
wanita berusia 23 tahun itu. Bahkan, status Haryati sebagai tunangan orang
lain, tak membuat Soekarno mundur untuk meluapkan rasa cintanya, bahkan Mayor
Penerbang Shakir sang tunangan dijebloskan ke RTM dgn tuduhan yg tak pernah
terbukti. Haryati pun akhirnya tak kuasa menolak pinangan sang Kepala Negara
walau dirinya tahu tunangannya akan patah hati karenanya. Soekarno dan Haryati
akhirnya menikah pada 21 Mei 1963 saat itu Sukarno telah berusia 62 thn.
Perbedaan usia mereka sekitar 39 tahun.
Dan
selang beberapa bulan ditahun yg sama Sukarno juga mendekati seorang gadis
belia siswa SMA anggota Passkibra yg bernama Yurike Sanger. Namun selang tiga
tahun, Haryati diceraikan tanpa anak. Soekarno beralasan sudah tidak cocok.
Saat itu, Soekarno juga sedang dekat dengan Ratna Sari Dewi.
Ucapan
Soekarno kepada Haryati: (1963 – 1966) “Yatie adiku wong aju, iki lho alrodji
sing berkarat kae. Kuliknakna nganggo, mengko sawise sasasi rak weruh endi sing
kok pilih: sing ireng, apa sing dek mau kae, apa sing karo karone? Dus; mengko
sesasi engkas matura aku. (dadi senadjan karo karone kok senengi, aku ja seneng
wae). Masa ora aku seneng! Lha wong sing mundhut wanodja palenging atiku kok!
Adja maneh sakados alrodji, lha mbok apa apa ja bakal tak wenehke.”
ISTRI
KEDELAPAN SOEKARNO.
Pertama
kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun 1963. Kala itu
Yurike masih berstatus pelajar dan menjadi salah satu anggota Barisan Bhinneka
Tunggal Ika pada acara Kenegaraan atau Paskibra untuk saat ini. (Yurike Sanger,
saat itu masih berstatus pelajar SMA ) Pertemuan itu rupanya langsung menarik
perhatian Sang Putera Fajar.
Perhatian
ekstra diberikan sang presiden kepada gadis bau kencur itu, mulai dari diajak
bicara, duduk berdampingan sampai diantar pulang ke rumah walau saat itu
Sukarno baru beberapa bulan menikahi Haryati. Rupanya, benih-benih cinta sudah
mulai di antara keduanya. Singkat waktu, Bung Karno menyatakan perasaannya dan
menyampaikan ingin menikah dengan sang pujaan hati.
Seuntai
kalung pun diberikan kepada Yurike. Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua
Yurike. Pada 6 Agustus 1964, dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta itu
menikah secara islam di rumah Yurike saat itu Sukarno berumur 63 tahun dan
perbedaan usia mereka 46 tahun. Berjalannya waktu, ternyata pernikahan
kedelapan Sang Proklamator berjalan singkat. Kondisi Bung Karno pada 1967 yang
secara de facto di makzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan
pribadinya.
Didasari
rasa cinta yang luar biasa dan kondisinya yg mulai sakit-sakitan, Bung Karno
yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso (sekarang, Musium Satria Mandala –
pen.) menyarankan agar Yurike meminta cerai. Akhirnya perceraian itu terjadi,
meski keduanya masih saling cinta.
Ucapan
Soekarno kepada Yurike Sanger : (1964 – 1968) “Yury,I came to you today, but
were out (to Wisma School) I came only to say “I love you” Yours, Soekarno.”
ISTRI
KESEMBILAN SOEKARNO.
Heldy
Djafar merupakan istri terakhir Soekarno, istri kesembilan. Keduanya menikah
pada bulan Juni 1966, kala itu Bung Karno berusia 65 tahun sedangkan Heldy
gadis asal Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur itu, masih berusia 18 tahun,
perbedaan usia mereka 47 tahun.
Pernikahan
ini banyak mendapat kritikan dari berbagai pihak yg menganggap Sukarno tidak
berempati dengan suasana duka akibat tragedy Lubang Buaya yg menimpa 7 Putra
terbaik bangsa Indonesia.
Banyak
pihak menganggap Bung Karno lebih mementingkan kepentingan pribadinya dibanding
kepentingan bangsa dan Negara. Berita tentang Sukarno yg menderita penyakit
akutpun dipertanyakan banyak orang karena pernikahan ini. Seperti perkiraan
banyak kalangan, pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi
politik sudah semakin tidak menentu.
Komunikasi
tak berjalan lancar setelah Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso (sekarang,
Musium Satria Mandala – pen.), di Jalan Gatot Subroto. Heldy sempat mengucap
ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh
maut. Akhirnya, pada 19 Juni 1968 Heldy 21 tahun menikah lagi dengan Gusti
Suriansyah Noor. Kala itu Heldy yang sedang hamil tua mendapat kabar Soekarno
wafat. Soekarno tutup usia 21 Juni 1970, dalam usia 69 tahun.
Ucapan
Soekarno kepada Heldy Jafar : (1966 – 1969) “Dear dik Heldy, I am sending you
some dollars, Miss Dior, Diorissimo, Diorama of course also my love, Mas.”
Dedi Kusnaedi Sang Penulis menyampaikan kesimpulan dari apa
yang disadur dari cerita kisah cinta Bung Karno menyimpulkan bahwa:
Soekarno
yang dipuja-puja sang Proklamator merupakan sosok pengumbar janji yang biasanya orang tsb akan
suka juga mengingkari janjinya sama seperti ucapannya saat kembali ke UUD45
ditahun 1959 ternyata malah menjadi negara Otoriter dengan sistem demokrasi
terpimpin.
Disisi
lain awak media ini sempat meminta pendapat rekan-rekan jejaring Facebook tentang
kisah Soekarno sebagaimana cerita di atas, yang mendapat tanggapan agresif dari
Esther Pasri Alimentary si Korban Kasus BB Drum yang setiap hari lantang
menyampaikan postingan Facebooknya dengan menyuarakan Proklamasi Kemerdekaaan
Indonesia dan keberadaannya menjadi Negara Republik Indonesia harus dicabut
sampai akar-akarnya.
Ditambahkan
olehnya bahwa Soekarno merupakan salah
satu anak Bangsa yang cerdas dalam melakukan praktek devide et Impera yang
menjadi anak emas Binaan Belanda, sehingga menjadi Presiden I untuk berkhianat
kepada bangsa pribumi Nusantara.(DK-Et)
Tukang kawin
BalasHapusMasya Allah
BalasHapusJangan" naluri anda benar
BalasHapusPenjahat kelamin
BalasHapusPenjahat kelamin
BalasHapus